Kamis, 19 Februari 2009

cerpen: KASIHKU YANG HILANG

Pagi ini hatiku serasa beku tanpa gairah, tidak seperti hari-hari biasanya saat ia masih ada disisiku…
Hari-hari ku kini sungguh sepi dan kosong…
Dan kini membuat ku teringat kembali tentang kejadian satu tahun lalu
Tepatnya saat hujan jatuh kebumi dengan derasnya

13 Februari 2007
Pukul 8.05

Malam itu, bertepatan dengan malam valentine(hari yang menyedihkan, alih-alih hari penuh cinta) dan 3 tahun hari jadianku dengan kekasihku, Tino.
Ia ingin memberi sebuah kejutan untuk ku malam ini. Entah apa yang ingin di berikannya malam ini. Kini hampir 30 menit ku menunggunya dari waktu yang telah ia janjikan, dan tak seperti biasanya ia terlambat menjemput ku.
Saat ku hubungi lewat handphonenya pun selalu tidak aktif. Hatiku merasa tidak tenang, seakan ada sesuatu yang tlah terjadi.
Namun ku selalu berusaha menepis segala pikiran buruk ku. Karna ku tak ingin semua yang kupikirkan menjadi kenyataan

Pukul 8.35

Satu jam lewat sudah aku menunggunya, tapi tk kunjung datang juga ia untuk menjemputku. Sungguh membuat ku merasa bosan.
Tak seberapa lama mengalun lagu grup band Samson dari handphone-ku:
Bila…yang tertulis untuk ku
Adalah yang terbaik untuk mu
Ah ternyata ada sebuah panggilan masuk dari handphone ku. Tapi ku sepertinya tak mengenal nomor yang tertera di sana. Ahh..siapakah itu?
Dan telpon pun itu segera ku jawab. Ternyata itu adalah telpon dari pihak kepolisian yang mengabarkan tentang keadaan Tino,
“Maaf, apa bisa saya bicara dengan saudari Sandra?”
“Ya, saya sendiri. Ada apa? Dan siapa ini?”
“Kami dari pihak kepolisian ingin mengabarkan tentang saudara Tino. Apa anda mengenalnya”
“Dia pacar saya. Memang ada apa dengan dia? Dia baik-baik aja kan Pak?” Tanyaku tak sabar
“Sabar. Nanti akan kami jelaskan. Dan tolong anda tunggu sekitar 25 menit, kami akan menjemput anda”
Telpon itu pun langsung terputus dengan sejuta pertanyaan dibenakku, ada apa dengan Tino.

Pukul 9.03

Mobil Bu Dini, seorang Polwan yang adalah tetanggaku menjemputku.
Saat ku tanya ada apa ia hanya diam, seolah sedang menahan kesedihan. Tak berapa lama kami sampai kesebuah rumah sakit di luar kota yang ku tak tahu namanya.
Saat memasuki rumah sakit itu aku langsung di bawa ibu Dini keruang UGD.
Sesampai di sana ibu Dini menceritakan bahwa Tino dan Darwin, teman Tino saat berada di mobil Tino itu, telah mengalami tabrakan di perbatasan kota.
Saat mereka memasuki wilayah kota ada sebuah truk yang menyerempetnya dari sebelah kanannya hingga mengakibatkan mobilnya menghantam pembatas jalan dan terbalik. Darwin sempat melompat keluar dari mobil namun tidak dengan Tino, saat ia ingin melapaskan sabuk pengamannya ternyata itu tidak dapat dilepas hingga ia terjepit di dalam mobil dan tak sadarkan diri. Sedangkan kini mobil truk yang menyerempetnya sedang dalam pengejaran, di perkarakan sopir truk itu sedang dalam keadaan mabuk atau mengantuk
Saat ini Darwin dan Tino berada di ruang UGD untuk di selamatkan.
Ibu Dini berharap aku dapat sabar dengan apapun yang akan terjadi dengan Tino
Setelah ibu Dini selesai menenangkan ku yang sedang menangis
Keluar seorang dokter dari ruang UGD
“Kami berhasil menyelamatkan nyawa Darwin karena ia hanya mengalami patah tulang”
“Tapi… tapi bagaimana dengan Tino dok?”tanya ku sambil masih menangis.
“Maaf, kami tidak dapat menyelamatkan Tino karena tulang dadanya remuk dan terjadi pendarahan yang serius dikepalanya. Sekali lagi maaf ”
“Bu..Bu, Tino Bu.. tino udah meninggal”kata ku pada Ibu Dini
Kemudian ibu Dini memelukku untuk menenangkn ku
“Sabar San, artinya umur Tino udah sampe di sini aja”.

14 Februari 2007
Pukul 10.15

Siang ini Tino akan di makamkan. Saat di pemakaman aku tak kuasa menahan tangis ku sampai-sampai Indri adik Tino menenangkan ku. Begitu juga ibunya Tino yang saat itu selalu pingsan. Ayahnya, Anton kakaknya dan Indri adiknya melepaskannya dengan pasrah. Karena mereka sudah mendapatkan firasat tentang Tino yang akan pergi.
Tetapi dengan begitu pun tidak dapat menutupi kesedihan mereka semua. Terlihat wajah mereka masih terlihat sembab, seperti habis menangis.
Sedangkan Darwin yang duduk dikursi roda di temani Dita, pacarnya. Wajahnya tampak sangat terpukul, dengan banyak goresan di wajahnya.
Saat pemakaman selesai, Darwin memanggil ku
“Ada apa Win?” Tanyaku lesu
“Gini, gue mau cerita tentang semua kejutan Tino buat lo”
katanya sambil mengambil sebuah kotak dari dalam jaketnya
“Ini, cincin yang bakalan di berikan Tino buat lo”
Darwin terdiam sedangkan Dita menenangkan ku yang mulai berkaca-kaca.
“Emm, malam tadi..Tino..rencananya..bakalan ngasih cincin ini ke lo sebagai hadiah buat 3 tahunan jadian kalian” kata Darwin putus-putus
“Segala persiapan telah dilakukan keluarganya buat lo, di pantai tempat kalian pertama kali bertemu dulu”
Setelah aku mendengar penjelasan Darwin, aku langsung terduduk di samping makam Tino
“Kok kamu tega ninggalin aku sendiri. Dulu kamu bilang gak akan ninggalin aku”
Dita dan Darwin pun menenangkan aku dengan mengajak ku pulang dan mengatakan bahwa Tino sudah pergi dan meminta aku untuk merelakannya pergi dengan damai

13 April 2008

Dan sekarang hujan kembali turun seperti tahun lalu.
Dingin, kelam, dan menyakitkan
Kni, ku hanya sendiri
Sendiri
Dan
Sendiri
Semua keluarga Tino sekarang pindah keluar kota
Karena ayahnya di pindah tugaskan ke sana
Sedangkan aku
Masih disini
Dengan masih sangat terpukul dengan ke pergiannya.
Entah kapan ku kan bisa merelakan kepergiannya.
Karna ia adalah seseorang yang sangat ku cintai dan begitu berarti bagiku.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar